Mengapa Ada Kartu Merah/Kuning di Sepak Bola?

Setiap pemain sepak bola yang melakukan pelanggaran bisa mendapat hukuman kartu kuning, bahkan kartu merah. Pernahkah terpikir kapan dan bagaimana asal-muasalnya?
Sepak bola telah ada dan dipertandingkan sejak abad 19, namun penggunaan kartu kuning dan merah baru terlaksana di pertengahan abad 20. Kisah ini berawal pada Piala Dunia 1966. Pada perempat final antara tuan rumah Inggris dan Argentina kebetulan wasit yang memimpin pertandingan berasal dari Jerman, yakni Rudolf Kreitlein.

Karena melakukan pelanggaran keras, kapten Argentina, Antonio Rattin, harus dikeluarkan oleh Kreitlein. Masalah perbedaan bahasa membuat hal ini sulit. Wasit asal Jerman ini hanya tahu bahasa Jerman dan Inggris, sementara Rattin tak paham apa maksud wasit asal Jerman itu. Dia pun tak segera meninggalkan lapangan.
Wasit Inggris yang ikut bertugas di pertandingan itu, Ken Aston, kemudian masuk ke lapangan. Dengan sedikit modal bahasa Spanyol, dia merayu Rattin untuk meninggalkan lapangan.
Setelah kasus ini, Ken Aston kemudian berpikir. Harus ada komunikasi universal yang bisa langsung diketahui semua orang, ketika wasit memberi peringatan kepada pemain atau mengeluarkannya dari lapangan. Dengan demikian, wasit tak perlu harus membuat penjelasan dengan bahasa yang mungkin tak diketahui pemain.
Suatu hari, dia berhenti di perempatan jalan. Melihat lampu lalu lintas, tiba-tiba saja ide muncul di otaknya. Jawabannya adalah: kartu berwarna, merah dan kuning. Bila melakukan pelanggaran dan harus diberi peringatan keras, maka kartu kuning harus diberikan. Sementara kartu merah untuk sanksi berat, dan pemain yang melakukan pelanggaran berat itu harus keluar dari lapangan.

Ia pun segera mengirim usulan pada organisasi sepak bola dunia, FIFA. Dan, idenya langsung disetujui. Maka  di Piala Dunia 1970, kartu kuning dan merah kali pertama digunakan. Ironisnya, sepanjang Piala Dunia 1970 tak satu pun pemain yang terkena kartu merah. Hanya kartu kuning yang sempat dilayangkan sehingga kartu merah tak bisa “pamer diri” pada Piala Dunia 1970.
Ada lagi satu hal unik lainnya. Meskipun ide tersebut datang dari wasit Inggris, negeri itu tak serta merta menerapkannya di kompetisi mereka. Kartu merah dan kuning baru digunakan di kompetisi sepak bola Inggris pada 1976. Pasalnya, wasit kemudian terlalu mudah mengeluarkan kartu dan diprotes banyak pemain. Oleh sebab itu, penggunaannya sempat dihentikan pada 1981 dan 1987.


sumber

read more

10 pemain sepak bola hebat berdarah indonesia

Berikut ini adalah 10 pemain sepak bola hebat berdarah indonesia :

1. Robin Van Persie


Robin van Persie (lahir di Rotterdam, Belanda, 6 Agustus 1983; umur 28 tahun) adalah penyerang tim nasional sepak bola Belanda yang bertinggi badan 183 cm dan bermain di Inggris Liga Primer Inggris untuk tim Arsenal. Ia termasuk anggota Timnas Belanda yang memperkuat negara tersebut di Piala Dunia 2006, Piala Eropa 2008, dan Piala Dunia 2010. Van Persie telah bergabung bersama Arsenal sejak tahun 2004. Van persie menjadi kapten Arsenal sejak 16 Agustus 2011. Kemampuan dan gaya permainannya sering dibandingkan dengan legenda sepak bola Belanda Marco Van Basten. Robin van Persie memiliki darah keturunan Indonesia dari ibu dari kakek dari paman dari sepupu ayahnya.
2. Mark Van Bommel


Mark Peter Gertuda Andreas van Bommel (lahir di Maasbracht, 22 April 1977; umur 35 tahun) adalah seorang pemain sepak bola Belanda yang bermain sebagai gelandang untuk A.C. Milan. Klub-klub yang pernah ia perkuat sebelumnya termasuk PSV Eindhoven, FC Barcelona, dan Bayern Munich.
Bommel pertama kali masuk tim nasional sepak bola Belanda pada tahun 2000. Hingga 25 Agustus 2006 ia telah bermain 40 kali di tim nasional dan mencetak 7 gol. Ia turut memperkuat Belanda di Piala Dunia 2006. Dia termasuk dalam sekian banyak pesepakbola Belanda yang memiliki keturunan Indonesia.
3. Jhon Heitinga


John Gijsbert Alan Heitinga (lahir di Alphen aan den Rijn, 15 November 1983; umur 28 tahun) adalah pemain sepak bola profesional asal Belanda yang bermain sebagai bek tengah untuk Everton di Liga Primer Inggris dan tim nasional Belanda.
Heitinga mengawali karier di akademi sepakbola ARC dan Ajax. Selain sebagai bek tengah, ia juga bisa bermain sebagai gelandang bertahan. Heitinga pernah bermain untuk Ajax dan Atlético Madrid sebelum bergabung dengan Everton pada September 2009. Ia memperkuat timnas Belanda di Euro 2004, Piala Dunia 2006, dan Piala Dunia 2010.
ayah heitinga lahir di jakarta, dan kakeknya Gijsbert Johannes Heitinga berasal dari pulau belitung.


4. Radja Nainggolan


Radja Nainggolan adalah gelandang sepak bola Belgia, memiliki ayah berdarah Batak dan ibu kebangsaan Belgia. Nainggolan meraih topi internasional pertamanya pada 29 Mei 2009 melawan Cile di Piala Kirin.
Sepak bola Italia sudah dikenal sejak 2005 ketika Piacenza ditarik dari klub Belgia, Germinal Beeschot. Karirnya mulai bersinar pada musim 2008-09, di mana ia tampil sebanyak 38 kali dan mencetak tiga gol di Serie B.
Raja benar-benar telah menjadi buah bibir di Liga Italia sebagai dikabarkan akan diboyong oleh AS Roma. Cagliari Namun ternyata pemain tengah berusia 22 tahun adalah dalam pertukaran bagian dengan Mikhail Sivakov.
Cagliari telah resmi meminjamnya hingga akhir musim.


5. Nigel De Jong


Nigel de Jong (lahir di Amsterdam, Belanda, 10 September 1984; umur 27 tahun) merupakan seorang pemain sepak bola berkebangsaan Belanda yang berposisi sebagai gelandang bertahan. Saat ini, ia bermain untuk Manchester City di Liga Utama Inggris dan juga bermain untuk tim nasional Belanda. De Jong merupakan pemain kelahiran Belanda berdarah Suriname.
Ayahnya, Jerry de Jong adalah mantan pemain PSV Eindhoven dan pernah tampil tiga kali memperkuat timnas Belanda.


6. Sergio Van Dijk


Serginho "Sergio" van Dijk (lahir 6 Agustus 1982) adalah pemain sepak bola Belanda, yang kini bermain untuk Adelaide United di A-League. Dia adalah pencetak gol teratas di 2010-11 A-League musim reguler dan telah membuat nama untuk dirinya sendiri dalam sepak bola Australia.
Dia bernama setelah bintang Brasil, Serginho Chulapa, yang bermain untuk Brasil selama Piala Dunia 1982. Ibu van Dijk adalah penggemar berat Brasil pada saat itu Van Dijk adalah Indo (Belanda-Indonesia).Van Dijk adalah menyatakan untuk Indonesia, negara asal salah satu kakek-neneknya Namun., Setelah pertemuan dengan otoritas sepak bola Indonesia, dia belajar bahwa agar dapat mewakili Indonesia, ia harus mendapatkan kewarganegaraan Indonesia dan menyerah kewarganegaraan Belandanya karena Indonesia tidak memungkinkan kewarganegaraan ganda. Dia menolak untuk memutuskan masa depan internasional, mengutip bahwa sulit baginya untuk menyerah kewarganegaraan Belanda karena istri dan keluarga adalah Belanda. Setelah beberapa waktu, ia akhirnya memutuskan untuk menunda kewarganegaraan Belanda dalam rangka untuk memutar Indonesia. Asosiasi Sepak Bola Indonesia telah mengumumkan bahwa Sergio van Dijk sedang naturalisasi, sehingga dia bisa bermain untuk tim nasional sepak bola Indonesia dalam kampanye 2014 kualifikasi Piala Dunia.


7. Jhon Van Beukering


Jhon "Jhonny" van Beukering (lahir 29 September 1983 di Velp, Gelderland) adalah seorang pemain sepak bola Belanda dari keturunan (Eurasia) Indo, saat ini ia bermain untuk Pelita Jaya FC di Liga Super Indonesia. Dia biasa berposisi sebagai striker.
8. Michael Mols
Michael Mols (lahir di Amsterdam, 17 September 1970; umur 41 tahun) adalah pensiunan pemain sepak bola Belanda keturunan Indonesia yang terakhir kali bermain di Feyenoord Rotterdam. Sebelumnya ia pernah bermain di ADO Den Haag, Ajax, Cambuur, FC Twente, Rangers FC dan FC Utrecht. Ayah Michael lahir di Jakarta, sedangkan ibu saya kalau tidak salah dari Semarang.


9. Giovanni Van Bronckhorst


Giovanni Christiaan van Bronckhorst (dipanggil Gio (dibaca "jo", lahir di Rotterdam, Belanda, 5 Mei 1975; umur 37 tahun) adalah seorang pemain sepak bola dari Belanda. Sejak tahun 2003 ia bermain di Feyenoord Rotterdam di Eredivisie. Ia biasanya berposisi sebagai pemain tengah atau pemain bertahan. Ia ditransfer dari FC Barcelona ke Feyenoord setelah dia membawa Barcelona juara Liga Champions tahun 2006. Di Feyenoord ia dipercaya menjadi kapten. Ia memperkuat Belanda pada berbagai turnamen peringkat internasional sejak Piala Dunia FIFA 1998 hingga Piala Dunia FIFA 2010. Pada timnas Piala Dunia 2010 ia dipercaya sebagai kapten.
Dia membawa Belanda lolos ke putaran final Piala Dunia 2010 dengan enam kemenangan berturut-turut selama kualifikasi. Di final, Belanda kalah dari Spanyol dengan skor 1-0. Setelah Piala Dunia 2010, Van Bronckhorst memutuskan untuk pensiun dan hanya menjalani karier di Feyenoord.
Van Bronckhorst adalah salah satu dari beberapa pemain dalam tim nasional Belanda keturunan Indonesia. Ayahnya, Victor van Bronckhorst adalah seorang Indo sementara ibunya Fransien Sapulette berasal dari Saparua, Maluku. Ia masih bisa berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Indonesia dengan aksen Indonesia Timur, walaupun ia tidak benar-benar menguasai seluruh kosakata yang ada dalam Bahasa Indonesia.


10. Denny Landzaat


Denny Landzaat Dominggus ( lahir 6 Mei 1976 di Amsterdam) adalah pemain sepak bola Belanda yang kini bermain sebagai gelandang bertahan untuk klub Eredivisie Belanda FC Twente.
Landzaat lahir dan dibesarkan di Amsterdam, Belanda. Landzaat adalah Belanda-Indonesia ekstraksi; keturunan Belanda dari ayah dan Maluku dari ibunya.

sumber

read more

Stadion tanpa pagar pembatas di era sepakbola modern

Supporter di inggris terkenal dengan julukan holigans , terkenal sangat bengal, suka mabuk-mabukan di lapangan dan anarkis. Tetapi yang cukup mengherankan adalah fakta bahwa stadion2 di Inggris ternyata nggak punya pagar pembatas antara tribun penonton dengan lapangan. Dan yang lebih hebatnya lagi, jarak bangku penonton dengan lapangan gak lebih dari 5 -6 meter.
ternyata hal itu ada sejarahnya dan proses yang panjang bermula dari tragedi yang terjadi pada tanggal 15 April 1989 Hillsborough, yang menjadi kandang dari Sheffield Wednesday di kota Sheffield Pada saat itu adalah pertandingan semi final PialaFA yang mempertemukan Liverpool dan Nottingham Forest Inggris dimana 96 suporter liverpool meninggal dan 766 orang terluka di stadion akibat berdesak-desakan dan terhimpit pagar struktur tribun , selain jalur evakuasi yang jelek, panpel pertandingan yang menjual tiket overcapacity dan tidak menerapkan single seat ticket juga menyebabkan hal ini.

FA Kepala eksekutif Graham Kelly , yang menghadiri pertandingan, mengatakan FA akan melakukan penyelidikan ke dalam apa yang telah terjadi. Berbicara setelah bencana, Kelly mendukung all-seater stadium, dimana bangku penonton dipasang diseluruh stadion bukan hanya di tribun VIP. Dia mengatakan "Kita harus mengganti tradisi suporter yang suka berdiri di belakang pagar". Disinilah mulainya pembangunan stadion tanpa pagar dan CCTV di inggris serta tidak lupa keamanan dan fasilitas ambulan yang lebih memadai.

Presiden UEFA Jacques Georges menimbulkan kontroversi dengan menggambarkan pendukung Liverpool sebagai "binatang", salah percaya bahwa hooliganisme adalah penyebab bencana. Pernyataannya menyebabkan Liverpool FC menyerukan pengunduran dirinya, tetapi dia minta maaf dikarenakan  menemukan fakta bahwa hooliganisme bukanlah penyebabnya.

Tragedi hillsbrough memiliki dampak yang mendalam pada standar keselamatan stadion yang dibangun di Inggris. Pagar Perimeter dihapus dan stadion banyak yang mengkonversi stadionnya dengan mengunakan all seaters stadium  Tercatat Stadion Chester City FC 's Deva Stadium adalah stadion sepak bola Inggris lebih dulu untuk memenuhi rekomendasi keamanan itu.

Tradisi stadion tanpa pagar mulai menyebar ke eropa akibat tragedi heysel Anda pasti sudah tahu dengan kerusuhan yang dilakukan supporter Liverpool di Belgia sewaktu final Liga Champions lawan Juventus. Kerusuhan yang terjadi 29 Mei 1985 yang kemudian dikenal dengan Tragedi Heysel ini memakan korban jiwa 39 orang. Tragedi tersebut berdampak besar bagi sepakbola Eropa.
Ada kesalahan tentu ada sanksi. Soal kerusuhan dan pelanggaran, Eropa paling tegas. UEFA akhirnya melarang Liverpool main di Eropa selama 5 tahun. Dan uniknya, FA (Konfederasi Sepakbola Inggris) malah ikut2an nambahi hukuman. Dan yang lebih unik, bukan cuma Liverpool, tapi semua klub Inggris nggak boleh main di luar Inggris selama 5 tahun! Dan yang paling unik, ternyata gak ada protes dari klub2 yang kena sanksi. Hal ini benar-benar menampar muka sepakbola Inggris dikarenakan kesalahan liverpool tapi semua klub inggris kena getahnya
Hukuman FA nggak berhenti di situ. Ada banyak perubahan parameter keamanan lainnya. Yang paling mencolok adalah menghilangkan pagar pembatas tribun penonton dan lapangan serta nggak boleh lagi ada tribun kelas berdiri (tanpa kursi) di se-antero Inggris. Walaupun FA sempat dikecam pada awal penerapan aturannya oleh publik sepakbola Inggris, bahkan Eropa. karena hal yang dianggap paling gila adalah menghilangkan pagar pembatas. Ada pagar saja rusuh, apalagi ompong melompong? . Di Belahan Eropa lainnya banyak yang meniru peraturan dari inggris tersebut dikarenakan terbukti menekan aksi hooliganisme suporter.


FA memang organisasi berpengalaman. Ide mereka ternyata berhasil. Hilangnya pagar pembatas justru membuat dewasa suporter Inggris. Karena FA juga mencatat identitas penonton yang masuk stadion. Sekali bikin rusuh, si suporter bakal di-banned masuk stadion di seluruh Inggris untuk beberapa tahun, bahkan selamanya. Di dalam stadion juga nggak boleh terlihat pasukan polisi alias harus menyamar.

Dengan aturan tersebut, bukan berarti sepakbola Lingga Inggris 100% aman. Penggemar Setan Merah pasti tidak akan lupa dengan “tendangan kung fu” Eric Cantona kepada suporter Crystal Palace di pinggir lapangan. Atau The Kop masih ingat dengan insiden masuknya balon ke lapangan yang dilemparkan seorang remaja yang akhirnya membuat liverpool kalah dari Sunderland.

Selain itu yang baru-baru saja terjadi kasus rio ferdinand yang dilempar koin oleh penonton

hal ini sampai membuat sebagian praktisi bola meminta dipasang jaring di stadion agar tidak terjadi hal seperti ini lagi. Tetapi hal ini langsung ditentang oleh FA dan sebagian besar pemain bola , Vincent Kompany yang merupakan kapten manchester city mengatakan "Faktanya adalah kami bisa membuat para penonton tidak di dalam kandang , itulah yang membuat permainan sepakbola di Inggris lebih spesial," akunya. "Kami pasti harus melakukan pencegahan tapi tidak boleh memperlakukan suporter seperti hewan yang berada di balik jeruji."
Pada Pertandingan itu pula Rio Ferdinand diserang oleh seorang suporter Manchester city  yang belakangan ditangkap dan akhirnya diadili. Dia mendapat hukuman dilarang menonton pertandingan sepakbola di stadion selama tiga tahun.

Matthew Stott terbukti bersalah karena dinilai sudah masuk ke lapangan tanpa ijin dan menggunakan kata-kata kasar kepada Ferdinand. Selain dilarang menonton pertandingan sepakbola selama tiga tahun, Stott juga diharuskan bekerja pada pelayanan sosial selama 120 jam tanpa dibayar.
Mengutip hakim yang mengadili kasus ini, Daily Mail menulis bahwa Stott termasuk beruntung karena juri memutuskan untuk menangguhkan hukuman 56 hari penjara Stott selama setahun.
"Dia memilih untuk menyerang seseorang di lapangan sepakbola. Beruntung di saat yang tepat kiper ManCity bisa menahan dia untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Situasinya akan bertambah parah jika dia tidak ditahan Joe Hart," ujar ketua Hakim, Richardson.
Sebelumnya ManCity juga sudah mencabut tiket terusan milik pemuda 21 tahun itu. Selain itu Stott juga sudah meminta maaf kepada Rio Ferdinand atas aksi nekatnya itu.
"Saya minta maaf kepada semua pihak, terutama kepada Rio Ferdinand dan pemain-pemain lain. Saya sungguh malu dengan tindakan saya. Saya telah mengecewakan diri saya sendiri, keluarga, fans yang lain dan tentunya Manchester City Football Club," tulis Stott dalam pernyataan resminya.
Selain Stott, beberapa fans The Citizens juga terbukti bersalah dan mendapat hukuman dari pengadilan tinggi Manchester.
Sebelumnya, Akibat kasus Rio ferdinand ini Ketua Asosiasi Pemain Liga Inggris, Gordon Taylor sempat mengajukan wacana pemberian pagar di stadion-stadion di Inggris untuk melindungi pemain dari lemparan benda yang dilakukan oleh suporter.

Wacana tersebut mendapat pertentangan keras dari keluarga korban tragedy Hillsborough. Anggota Kampanye Keadilan Hillsborough, Steve Kelly seperti dilansir Daily Mail mengatakan seharusnya klub bisa mengidentifikasi penonton yang melempar barang secara lebih baik karena mereka memiliki dana yang besar.
“Dengan semua uang yang klub bayarkan untuk gaji pemain, mereka seharusnya bisa lebih baik dalam mengidentifikasi penonton dikerumunan yang melempar barang. Mereka seharusnya menjadi contoh nyata bagi orang-orang ini, bukannya memagari penonton,” ujar Kelly.

Belakangan Gordon Taylor meminta untuk mempertimbangkan pemasangan pagar di daerah-daerah yang rawan seperti di belakang gawang dan sekitar sudut lapangan tapi belum ada respon dari FA.

Lain rumput lain ilalang , lain lagi dengan budaya di Amerika Latin dimana stadionnya masih memakai sistem pengamanan yang kuno dengan parit yg dalam dan pagar yang tinggi. Disana Suporter sering menggunakan selebrasi yang berbahaya yang dikenal dengan "avalanche" (salju longsor) . Baru-baru ini terjadi insiden yang mencederai sejumlah orang bulan lalu membuat klub Brasil Gremio membuat kebijakan yang melarang suporternya melakukan perayaan gol ala salju longsor.
Perayaan gol "avalanche" biasa dilakukan oleh para suporter sepakbola di Amerika Selatan, terutama mereka yang berada di belakang gawang. Begitu tercipta gol, mereka ramai-ramai berlarian turun dari tempat yang lebih atas, mirip longsoran salju yang bergemuruh.
Aksi itu umumnya dilakukan di stadion-stadion yang belum ber-single seater,sehingga suporter bisa dengan cepat turun ke bawah.

Untuk di stadion Gedebage (GBLA) sudah dilengkapi All single seater tapi masih menerapkan sistem pagar tinggi dan parit yang dalam seperti gambar dibawah ini .

tp kalo dari pengalaman inggris menangani holigans yang cukup berhasil diatas dapat disimpulkan bukan menunggu suporter dewasa untuk meniadakan pagar, tapi menghilangkan pagar justru untuk mendewasakan suporter, tentunya tanpa melupakan sarana dan prasarana keamanan yang memadai juga.

sumber

read more

Alasan Stadion Sepak Bola di Inggris Tanpa Pagar Pembatas

Selain dikenal dengan Kick And Rush nya, Liga Inggris dikenal dengan kualitas lapangan nomor wahid. Dan satu lagi, stadion – stadion di Inggris ternyata nggak punya pagar pembatas antara tribun penonton dengan lapangan. Dan yang lebih hebatnya lagi, jarak bangku penonton dengan lapangan gak lebih dari 5 meter. Kenapa bisa begitu?

http://img41.imageshack.us/img41/9310/ligainggris.jpg

Ternyata hal tersebut diberlakukan bukan karena penonton Liga Inggris pada baik dan tertib, tapi karena penonton pada bengal dan brutal. Lhooo..kok bisa? Penonton nya brutal kok ga dikasih pagar pembatas? Ini dia sejarahnya dan alasannya . . .

Anda pasti sudah tahu dengan kerusuhan yang dilakukan supporter Liverpool di Belgia sewaktu final Liga Champions lawan Juventus. Kerusuhan yang terjadi 29 Mei 1985 yang kemudian dikenal dengan Tragedi Heysel ini memakan korban jiwa 39 orang.
Tragedi tersebut berdampak besar bagi sepakbola Eropa. Ada kesalahan tentu ada sanksi. Soal kerusuhan dan pelanggaran, Eropa paling tegas. UEFA akhirnya melarang Liverpool main di Eropa selama 5 tahun. Dan uniknya, FA (Konfederasi Sepakbola Inggris) malah ikut – ikutan nambahin hukuman.
Dan yang lebih unik, bukan cuma Liverpool, tapi semua klub Inggris nggak boleh main di luar Inggris selama 5 tahun! Dan yang paling unik, ternyata gak ada protes dari klub-klub yang kena sanksi.
“Lho Liverpool yang salah, kok gue kena getahnya?” mungkin begitu celoteh klub-klub Inggris tersebut. Semua pasrah. Ulah fans Liverpool saat itu yang mabuk berat dan berkategori hooligans benar-benar menampar muka sepakbola Inggris. Namun begitu semua klub sepakat introspeksi.
Hukuman FA nggak berhenti di situ. Ada banyak perubahan parameter keamanan lainnya. Yang paling mencolok adalah menghilangkan pagar pembatas tribun penonton dan lapangan serta nggak boleh lagi ada tribun kelas berdiri (tanpa kursi) di seantero Inggris. Di Eropa, cuma Inggris yang nggak menjual tiket tanpa kursi.

FA sempat dikecam oleh publik sepakbola Inggris, bahkan Eropa. Jelas banyak yang sewot karena tiket berdiri harganya murah meriah. Dan hal yang dianggap paling gila adalah menghilangkan pagar pembatas. Ada pagar aja rusuh, apalagi ompong melompong?
Tapi buat FA, kelas suporter berdiri justru pusatnya biang kerok. Jadi, sekarang ini semua stadion di Inggris tanpa pagar dan tidak menjual tiket bernomor kursi. FA memang organisasi berpengalaman. Ide mereka ternyata berhasil.

Hilangnya pagar pembatas justru membuat dewasa suporter Inggris. Karena FA juga mencatat identitas penonton yang masuk stadion. Sekali bikin rusuh, si suporter bakal di-banned masuk stadion di seluruh Inggris untuk beberapa tahun, bahkan selamanya. Di dalam stadion juga nggak boleh terlihat pasukan polisi alias harus menyamar.

Dengan aturan tersebut, bukan berarti sepakbola Liga Inggris 100% aman. Penggemar Setan Merah pasti tidak akan lupa dengan “tendangan kung fu” Eric Cantona kepada suporter Crystal Palace di pinggir lapangan.
Atau The Kop masih ingat dengan insiden masuknya balon ke lapangan yang dilemparkan seorang remaja yang akhirnya membuat liverpool kalah dari Sunderland.

Terlepas dari hal itu, rasanya kita wajib mengacungkan 2 jempol untuk keberanian FA dan sikap dewasa para suporter Liga Inggris yang dulu sering bikin orang resah, sekarang justru relatif lebih santun. Kalau misalkan hal serupa diterapkan di Liga Indoensia, apa yang kira-kira bakalan terjadi ya?

Sumber

read more

10 Kostum Bola Paling Legendaris di Dunia

10. Juventus

Kostum ini dipakai Juventus sebagai peringatan 100 tahun berdirinya La Vecchia Signora. Warna merah jambu (pink) dipakai karena warna itulah yang dipakai saat Juve pertama kali berdiri. Untungnya, saat memasukki abad ke-20, kostum hitam-putih mulai dipakai. Jika tidak, mungkin julukan Juventus kini menjadi Colore Rosa (pink) yang jauh lebih feminim.
9. Kroasia, 1996

Pada penampilan perdananya di turnamen besar, Kroasia langsung menggebrak dunia karena berhasil masuk hingga perempat-final Euro 1996 di Inggris. Bermaterikan beberapa pemain bekas tim juara Piala Dunia Yunior 1987, Kroasia hanya kalah dari Jerman, yang akhirnya menjadi juara, di Old Trafford. Kostum kotak-kotak merah-putih juga menjadi inovasi tersendiri dalam kejuaraan itu.
8. Ajax Amsterdam

Bagian vertikal merah di tengah dan diapit oleh putih di masing-masing sisi menjadi ciri khas tersendiri bagi raksasa Belanda ini. Mungkin hanya perubahan sponsor yang memberikan sentuhan berbeda yang tak signifikan untuk jersey yang unik tetapi sederhana ini.
7. Denmark, 1986

Kostum ini mendatangkan cukup banyak kontroversi, serupa seperti kemunculan tim Skandinavia ini. FIFA sempat ikut campur dalam masalah ini, karena bukan hanya baju yang separuh merah dan putih, tetapi juga celana. Akhirnya, celana pun berubah menjadi putih, tetapi prestasi Denmark di Piala Dunia Meksiko 1986 tetap luar biasa dengan mencatat nilai sempurna di babak grup termasuk dari tim kuat Jerman Barat, tetapi akhirnya dibantai Spanyol di 16 besar.
7. Denmark, 1986
6. Real Madrid, 1960-an

Kejayaan Real Madrid pada era 1960-an di atas lapangan hijau, bukan hanya memberikan inspirasi dari permainan mereka di lapangan, tetapi juga dari kostum tim yang digunakan. Warna putih polos dan tak dirusak oleh motif ataupun logo dicontoh oleh banyak tim, termasuk Leeds United dan kini LA Galaxy.
5. Jorge Campos, 1990-an

Kiper Meksiko ini menjadi satu-satunya peserta individu yang masuk dalam daftar ini. Kiper eksentrik ini dikenal dengan kepiawaiannya di bawah mistar, dan lebih karena kostumnya yang unik. Campos dikenal sering merancang sendiri kostum yang dipakai. Meskipun terkadang aneh dan tak masuk akal sehat, tetapi keberaniannya untuk tampil beda patut diacungi jempol.
4. Glasgow Celtic, 1967

Selain sukses meraih gelar Liga Champions, Glasgow Celtic juga berhasil mencuri perhatian karena jersey yang digunakan. Celtic pernah menggunakan kostum tanpa nomor punggung! Nomor hanya terdapat di celana, hingga akhirnya UEFA meminta Celtic untuk memasang nomor di punggung mereka.Garis hijau putih polos yang membawa Celtic juara Liga Champions ini tanpa dilengkapi nomor punggung.
3. Belanda (Johan Cruyff), 1974

Masalah sponsor, serupa seperti yang terjadi terhadap pebasket Michael Jordan pada Olimpiade Barcelona 1992, ternyata juga terjadi di dunia sepakbola. Johan Cruyff menolak memakai tiga garis yang menghiasi kostum tim Oranye pada Piala Dunia 1974 karena ia memiliki kontrak pribadi dengan Puma. Sebagai solusi, akhirnya hanya ada dua garis pada kostum Cruyff. Selain itu, Cruyff juga ngotot mengenakan nomor punggung 14, meskipun saat itu Belanda mengatur nomor punggung berdasarkan abjad pemain. Tampak jelas hanya terdapat dua garis hitam membujur di atas pundak dan lengan Cruyff serta nomor 14 pada celananya
2. Prancis, 1984 dan 1998

Kostum Les Bleus pada Piala Eropa 1984 punya makna tersendiri bagi rakyat Prancis. Saat itu, Michel Platini berhasil membawa Prancis juara Euro 1984. Saat menggelar Piala Dunia 1998, Prancis memutuskan mengenakan kostum serupa seperti yang digunakan Platini pada 1984 dengan harapan Zinedine Zidane dkk. berhasil menjadi juara. Harapan itu terkabul, dan Zidane mengikuti jejak Platini mengangkat piala bergengsi bagi Prancis dengan kostum serupa. Seragam yang dipakai Zidane saat juara Piala Dunia 1998 ini mirip dengan yang digunakan Michel Platini.
1. Indonesia, 1956

Salah satu prestasi terbaik timnas Indonesia antara lain adalah lolos ke Olimpiade Melbourne 1956, dan bahkan sempat menahan imbang tanpa gol Uni Soviet, sebelum akhirnya Uni Soviet berhasil menggilas Indonesia pada partai ulangan dan kemudian berhasil meraih medali emas. Kostum hijau putih konon menjadi salah satu kostum yang digunakan tim Merah Putih saat itu dan kemudian sempat dipakai hingga 1981. Setelah hilang lebih dari dua dasawarsa, unsur hijau kembali hadir untuk kostum Piala Asia 2007. Kostum untuk Piala Asia 2007 itu mendapat sambutan hangat karena pemasaran yang cukup gencar dan dijual bebas, tetapi sayang kemiripan warna itu tidak mencapai keberhasilan yang sama seperti Prancis. Tim PSSI mampu tampil cukup baik pada Piala Asia 2007, tetapi kemudian harus mengakui kehebatan raksasa Asia lain dan setelah itu Garuda kembali meredup.

sumber

read more

10 Stadion Sepakbola Paling Angker Di Eropa

Beberapa Stadion di Eropa menjadi semacam benteng bagi klub-klub tuan rumah. Stadion itu menjadi hidup dan seperti memiliki tuah jika sang tuan rumah sedang menjamu lawannya.
kebanyakan penghuni stadion-stadion kategori 'angker' semacam ini adalah tim-tim kuat di liga lokal. Beberapa di antaranya merupakan juga tim elit kelas dunia.
Stadion-stadion seperti itu biasanya dikenal karena atmosfer yang diciptakan oleh para suporter. Tim tamu tak jarang sudah ciut nyali begitu mendengar riuhnya suasana yang diciptakan para penonton.
Ada beberapa stadion hebat yang tak masuk dalam daftar ini. Sebut saja La Bombonera, Anfield, Parc de Pinces, Estadio Azteca dan lain-lain.
Yang akan anda baca adalah deretan stadion paling intimidatif dan tak bersahabat bagi tim tamu. Penilaian ini dibuat berdasarkan data prosentase kemenangan tim tuan rumah dalam 100 pertandingan terakhir. Setiap satu hasil imbang dihitung sebagai setengah kemenangan. Data dihimpun dari ESPN.
10. Amsterdam ArenA

Ajax Amsterdam selama ini lebih dikenal sebagai penghasil talenta-talenta muda terbaik. Sebelum akhirnya dilepas ke klub kuat lain di seantero Eropa, Ajax biasanya menggodok para penggawa mereka di stadion bersejarah, Amsterdam ArenA. Bisa dibilang bahwa talenta muda dan stadion ini adalah kunci sukses eksistensi Ajax hingga saat ini.
Rekor 100 laga: 71 kemenangan, 18 imbang (9 menang), 11 kekalahan.
Presentase kemenangan: 80%
9. Sukru Saracoglu

Sebagai salah satu dari tiga tim terkuat di Istanbul dan Turki, Fenerbahce jelas punya basis massa militan. Persaingan antara tiga klub kuat Turki itu memang terkenal sangat sengit. Tak jarang pertandingan derby antar tim Istanbul ini berakhir dengan bentrokan. Salah satu venue paling angker di Turki adalah Sukru Saracoglu milik Fenerbahce.
Rekor 100 laga: 71 kemenangan, 20 imbang (10 menang), 9 kekalahan.
Presentase kemenangan: 81 persen.
8. Marakana

Fans Serbia dikenal sangat fanatik di kancah Eropa. Perseteruan ini diawali dari kancah klub antara dua tim terkuat mereka Partizan Belgrade dengan Red Star Belgrade. Karena itu, wajar jika stadion Marakana milik Red Star ini begitu angker. Suasana kan semakin mencekam jika derby kota Belgrade berlangsung.
Rekor 100 laga: 75 kemenangan, 11 imbang (5,5 menang), 14 kekalahan.
Presentase kemenangan: 80,5%
7. Georgios Karaiskakis

Klub kuat Yunani Olympiakos memiliki benteng pertahanan bernama Stadion Georgios Karaiskakis. Kebanyakan hasil bagus yang diraih Olympiakos di tempat ini adalah ketika mengalahkan rival-rival lokal mereka. Sejauh ini tuah stadion megah ini belum bisa menjalar ke level Eropa.
Rekor 100 laga: 79 kemenangan, 11 imbang (5,5 menang0, 10 kekalahan.
Presentase kemenangan: 84,5%
6. Philips Stadion

PSV Eindhoven adalah kekuatan tradisional di Eredivisie. Salah satu penyebabnya adalah kekuatan mereka ketika bermain di kandang. Sayang, PSV sepertinya kesulitan melanjutkan performa hebat mereka ke level Eropa.
Rekor 100 laga: 75 kemenangan, 18 imbang (9 menang), 7 kekalahan.
Presentase kemenangan: 84%
5. Allianz Arena

Dominasi Bayern Munich di Bundesliga ditandai dengan catatan bagus mereka ketika bertanding di Allianz Arena. Stadion yang tergolong baru ini mampu memperkuat mental Bayern sekaligus melemahkan nyali lawan. Sayang, stadion ini tak mampu menghindarkan Bayern dari kekalahan di final Liga Champions musim lalu.
Rekor 100 laga: 78 kemenangan, 11 imbang (5,5 menang0, 11 kekalahan.
Presentase kemenangan: 83,5%
4. Stamford Bridge

Ketangguhan Chelsea di Stamford Bridge dimulai pada era Jose Mourinho. Saat itu, Mou mampu menjadikan stadion The Blues ini sebagai salah satu venue paling mengerikan bagi tim-tim lawan. Pendukung dan tim Chelsea punya tekad besar untuk menjaga 'warisan' Mou itu dan kini catatan home Chelsea sangat impresif.
Rekor 100 laga: 73 kemenangan, 14 imbang (7 menang), 13 kekalahan.
Presentase kemenangan: 80%
3. Old Trafford

Keangkeran Old Trafford baru saja dicederai oleh Tottenham. Manchester United harus takluk dari Spurs dengan skor 2-3 di rumah sendiri. Namun jika mengacu pada statistik, United masih sangat tangguh jika bermain di Theathre of Dreams.
Rekor 100 laga: 79 kemenangan, 11 imbang (5,5 menang), 10 kekalahan.
Presentase kemenangan: 84,5%
2. Santiago Bernabeu

Stadion penuh sejarah seperti Estadio Santiago Bernabeu sudah pasti berada di daftar ini. Tak banyak tim yang bisa mengalahkan Real Madrid ketika bermain di rumahnya. 82 persen kemenangan murni Madrid adalah bukti betapa angkernya tempat ini.
Rekor 100 laga: 82 kemenangan, 6 imbang (3 menang), dan 12 kalah.
Presentase kemenangan: 85%
1. Camp Nou

Stadion ini adalah salah satu alasan mengapa Barcelona disebut sebagai salah satu klub terbaik dunia. Ada yang pesimis dan mengatakan bahwa Camp Nou kehilangan daya magisnya dalam momen-momen tertentu. Namun statistik tak bosa berbohong. Dalam beberapa tahun terakhir, jarang ada klub yang bisa pulang membawa poin dari Camp Nou.

Rekor 100 laga: 83 kemenangan, 11 imbang (5,5 menang), 6 kekalahan.
Presentase kemenangan: 88,5%

sumber

read more

Beragam Kebetulan dalam Sejarah Sepakbola

Ada yang menganggap kejadian yang kebetulan hanya sebagai angin lalu. Lantaran kebetulan, biasanya hal tersebut diabaikan. Akan tetapi, menarik untuk dibicarakan jika peristiwa yang tak disengaja itu menyangkut urusan sepakbola.

CRISTIANO RONALDO VS. LIONEL MESSI

  

Persaingan sengit dua pesohor sepakbola ini rupanya tidak hanya berlangsung di lapangan hijau, namun berlanjut hingga urusan keturunan. Bak sudah suratan takdir, dua orang beda negara tersebut memiliki sebuah kebetulan yang unik.
Dengan usia yang terpaut 869 hari dari Lionel Messi, Ronaldo sempat mengumumkan bahwa ia punya anak yang diberi nama Cristiano Ronaldo Jr pada Juli 2010. Seolah tak mau kalah, Messi bersama pasangannya melahirkan Thiago Messi, yang terlahir 869 hari setelah kelahiran Ronaldo Jr. Apakah keturunan dari masing-masing tersebut juga akan bersaing di arena yang sama? Kita tunggu saja.

BRIAN MCDERMOTT & LEEDS

  

Brian McDermott, mantan pelatih Reading, kini melanjutkan kiprahnya di Leeds United, dan baru ditunjuk beberapa hari yang lalu. Akan tetapi, sebelum McDermott berada di Leeds, rupanya sudah ada Brian McDermott lainnya! Dalam hal ini, Brian McDermott yang dimaksud adalah pelatih Leeds Rhino, sebuah klub yang bermain di Liga Rugby Inggris. Entah kebetulan atau tidak, di skuat masing-masing McDermott ada pula winger bernama Ryan Hall, satu bermain untuk Leeds United, dan satunya membela panji Rhino. Kebetulan?

AARON RAMSEY & WAFATNYA TOKOH DUNIA

   

Pernah suatu ketika saat Aaron Ramsey mencetak gol, selalu ada kejadian yang cukup mengguncang, yakni wafatnya tokoh dunia. Saat gelandang Arsenal itu mencetak gol pada medio Mei 2011, satu hari berselang Osama Bin Laden tewas. Kembali ketika ia mencetak gol pada Oktober 2011, giliran Muammar Gaddafi yang menghembuskan nafas terakhir sehari setelahnya. Tak cuma sekali dua kali, ketika ia sukses merobek jala lawan pada Desember tahun lalu, Kim Jong-Il juga sudah tak bernyawa sehari setelah namanya terpampang di papan skor. Kesimpulannya? Simpulkan sendiri dan jangan salahkan Ramsey.

RONALD WATERREUS vs. NICK COLGAN

   

Ronald Waterreus mengawali debutnya bagi Manchester City pada September 2004 di ajang Piala Liga ketika melawan Barnsley. Kala itu, City menang 7-1 dan kiper Barnsley adalah Nick Colgan. Setelah pindah ke Glasgow Rangers beberapa bulan kemudian, Waterreus tampil untuk kali pertama pada Februari 2005 di sebuah laga Piala Liga melawan Dundee United. Rangers berhasil menang 7-1 dan penjaga gawang Dundee saat itu adalah Nick Colgan! Mengherankan.

TIM NASIONAL ITALIA & PIALA DUNIA

   

Sejak 1970, Italia mampu mencapai final Piala Dunia di tiap 12 tahun, dan memenanginya untuk setiap 24 tahun. Menjadi runner-up di edisi 1970, Italia kemudian menjadi juara pada 1982, yang dilanjut ke posisi kedua pada 1994, dan kembali menang pada 2006. Final dan kejayaan berikutnya mungkin terjadi pada 2018 dan 2030?

HANS-JORG BUTT vs. JUVENTUS

  

Kiper ini mungkin sangat bernafsu ketika bertemu raksasa Italia, Juventus. Tercatat, pria asal Jerman ini mampu membobol gawang Si Nyonya Tua sebanyak tiga kali lewat tendangan penalti, dan hal tersebut ia lakukan dengan tiga tim berbeda: Hamburg, Bayer Leverkusen dan Bayern Munich. Sayangnya, ia kini telah undur diri dari lapangan hijau, dan Juve boleh lega karena takkan ada kiper lainnya yang bernafsu untuk membobol gawang mereka -- setidaknya untuk saat ini.

TIM NASIONAL ZAMBIA & GABON

  

Gabon mungkin adalah mimpi buruk dan kenangan manis untuk tim nasional Zambia. Pasalnya, pada 1993 silam, kesebelasan mereka kehilangan nyawa setelah pesawat yang lepas landas dari Gabon mengalami kecelakaan, hingga merenggut korban jiwa dan tak ada yang tersisa. Namun, 19 tahun kemudian, tepatnya di ajang Piala Afrika 2012, Zambia keluar sebagai juara di tanah Gabon. Takdir sekali lagi memang penuh misteri.

TREBLE MANCHESTER UNITED & ULANG TAHUN SIR MATT BUSBY

 

Ulang tahun Sir Matt Busby -- manajer legendaris Manchester United -- yang ke-90 rupanya benar-benar menginspirasi skuat Setan Merah arahan Sir Alex Ferguson. Setelah memenangi Liga Primer dan Piala FA pada musim 1998/99, United pergi ke Camp Nou untuk final Liga Champions melawan Bayern Munich. Di partai puncak, mereka sempat tertinggal 1-0 hingga masa kritis. Magis! Gol Teddy Sheringham dan Ole Gunnar Solskjaer di menit 90+1 & 90+3 akhirnya membawa United meraih trofi terbesar Eropa untuk kali kedua, sekaligus memastikan treble tepat di saat Sir Matt berulang tahun.

(goal.com)

read more
 

Iklan





Sample Text